Tuesday, May 31, 2011

THE BLUE ELEPHANT

Genre : action komedi
Sutradara : Kompin Kemgumnird
Pengisi suara (bahasa Inggris) : Miranda Cosgrove,Carl Reiner,Martin Short
Tanggal rilis : 18 Mei 2006
Durasi : 77 menit

Film animasi Thayland ini bercerita tentang riwayat Khan Kluay (di India dikenal sebagai Jumbo), seekor gajah perang negara Thayland pada abad ke-15 yang waktu itu masih bernama Siam.
Pada abad ke-15 itu, Siam masih dijajah oleh Burma dan pada saat itu di sebuah hutan, lahir seekor gajah berwarna biru. Karena belalai gajah biru yang baru lahir itu melengkung mirip pisang maka bayi gajah biru itu diberi nama Khan Kluay yang dalam bahasa Thayland berarti batang pisang.
Tahun berganti tahun sehingga Khan Kluay tumbuh menjadi seekor gajah kecil.

Sebenarnya Khan Kluay bukan gajah sembarangan karena ayah Khan Kluay adalah seekor gajah perang yang gagah perkasa bernama Pran dan tinggal di istana. Ibu Khan Kluay sering menceritakan kehebatan Pran itu kepada Khan Kluay sehingga membuat Khan Kluay sangat bangga, begitu bangganya sehingga Khan Kluay tidak takut berkelahi dengan gajah kecil lain yang menghina ayahnya walaupun gajah itu tubuhnya lebih besar atau bahkan jika harus dikeroyok sekalipun.
Walaupun begitu, ibu Khan Kluay tidak ingin anaknya menjadi gajah perang karena menurutnya berperang itu hanya membuang nyawa sia-sia. Ibu Khan Kluay lebih senang hidup tentram di hutan.

Suatu ketika hutan tempat Khan Kluay tinggal didatangi pasukan perang dari Kerajaan Burma yang baru saja berhasil menculik pangeran Siam bernama Pangeran Naresuan.
Melihat hutan mereka didatangi pasukan tentara Burma, para gajah langsung bersembunyi karena para tentara sering menangkap gajah-gajah untuk dijadikan gajah perang. Ibu Khan Kluay juga menyuruh Khan Kluay untuk bersembunyi.

Tetapi Khan Kluay tidak menuruti perintah ibunya, karena Khan Kluay melihat pasukan Burma itu datang lengkap dengan gajah-gajah perangnya maka Khan Kluay ingin mendatangi pasukan Burma itu agar bisa bertemu dengan ayahnya, Pran si gajah perang.
Pada malam hari ketika Ibu Khan Kluay dan gajah-gajah lain sedang tidur, Khan Kluay diam-diam pergi ke tempat pasukan Burma.



Malang bagi Khan Kluay karena ia ketahuan tentara Burma yang langsung mengejar, untung Khan Kluay bisa masuk ke kemah Pangeran Naresuan yang masih berusia remaja dan menjadi tawanan pasukan Burma.
Pangeran Naresuan berhasil melindungi Khan Kluay sehingga tidak tertangkap oleh tentara Burma. Tetapi nasib baik belum sepenuhnya berpihak pada Khan Kluay, ketika Khan Kluay pulang ke hutan, ia ketahuan lagi oleh tentara-tentara Burma yang langsung mengejar.
Khan Kluay berhasil lolos tetapi ia jatuh ke sungai dan hanyut.

Untung Khan Kluay tidak mati karena ia hanya luka di kaki dan terdampar di sebuah desa kemudian diselamatkan oleh seekor gajah kecil betina bernama Kon Suay yang dipelihara oleh seorang pawang gajah bernama Tian.
Sebenarnya Khan Kluay bisa hidup enak bersama Kon Suay di desa tetapi karena Khan Kluay masih memikirkan ibunya, Khan Kluay bersama Kon Suay kembali ke hutan untuk mencari ibu Khan Kluay.

Tetapi betapa sedih Khan Kluay karena ketika sampai di hutan, ia tidak bertemu dengan ibunya dan gajah-gajah lain karena sudah ditangkap untuk dijadikan gajah pekerja di istana.
Maka Khan Kluay terpaksa menuruti ajakan Kon Suay untuk tinggal bersamanya di desa.
  
Tetapi terjadi salah paham antar Khan Kluay dan Tian sang pawang gajah majikan Kon Suay karena Khan Kluay melihat Tian sering mempekerjakan gajah-gajah untuk mengangkat barang berat dan Khan Kluay menganggap Tian sering menyiksa gajah.
Lebih parah lagi, Khan Kluay menganggap Tian menawannya karena mengikat Khan Kluay dan menggantungnya di tiang padahal hal itu adalah usaha Tian untuk menyembuhkan luka di kaki Khan Kluay.
Maka setelah kaki Khan Kluay sembuh dan Tian tidak lagi menggantungnya, Khan Kluay langsung melarikan diri ke hutan untuk mencari ibunya lagi.

Tapi sepertinya Khan Kluay ditakdirkan untuk bersatu dengan Kon Suay karena ketika sedang pergi ke hutan, Khan Kluay mendengar teriakan Kon suay yang sedang diserang oleh sekelompok musang.
Khan Kluay mendatangi Kon Suay untuk menyelamatkannya dari musang-musang tetapi Khan Kluay tetap kewalahan karena jumlah musang itu terlalu banyak.
Untung datang Tian dengan seekor gajah besar dan berhasil mengusir para musang. Setelah itu, Khan Kluay menerima ajakan Tian untuk tinggal bersamanya.

Kebetulan pada saat itu keadaan Siam sedang genting karena Pangeran Naresuan berhasil melarikan diri dari tahanan Burma maka pemerintah Burma semakin bersikap keras kepada rakyat Siam, pemerintah Burma memungut pajak lebih tinggi pada rakyat siam bahkan mulai merampas harta bendanya. Belum cukup dengan penderitaan rakyat Siam, angkatan perang Burma bersiap menyerang Siam.
Untuk mengantisipasi serangan dari Burma, Raja Siam mulai menyiapkan angkatan perang yang tangguh termasuk gajah-gajah perangnya maka Raja Siam melalui merpati posnya yang bernama Jai mengirim surat kepada Tian untuk melatih gajah-gajahnya menjadi gajah perang.

Dari Jai si merpati pos kerajaan, Khan Kluay bisa tahu bahwa kedua orang tuanya ada di istana tetapi sayangnya tidak sembarang gajah bisa masuk ke istana karena hanya gajah kerajaan yang bisa masuk ke istana. Maka agar bisa menjadi gajah kerajaan, Khan Kluay nekad megikuti program latihan gajah perang dari Tian walaupun usianya masih terlalu muda.
Ternyata bakat militer Pran menurun pada Khan Kluay sehingga di bawah didikan Tian, berapa tahun kemudian Khan Kluay menjadi gajah perang muda yang tangguh. Bersamaan dengan itu, Pangeran Narasuan sudah dewasa dan dinobatkan menjadi Raja Siam.

Tiba saatnya gajah-gajah perang hasil pendidikan Tian termasuk Khan Kluay dipanggil Raja Naresuan ke istana untuk berperang. Setelah sampai di istana, gajah-gajah perang baru itu diseleksi untuk menjadi gajah tunggangan Raja Naresuan.
Dengan ketangguhannya Khan Kluay hampir saja lolos seleksi tahap akhir menjadi gajah Raja Naresuan tetapi tiba-tiba Khan Kluay melihat seekor gajah betina pekerja istana di dalam kurungan yang ternyata adalah ibu Khan Kluay.

Melihat ibunya dikurung, Khan Kluay mengamuk dan berusaha membebaskan ibunya. Karena kekuatannya yang luar biasa tidak ada yang bisa menghentikan Khan Kluay.
Untungnya Raja Naresuan mengenali Khan Kluay sebagai gajah kecil yang dulu pernah ditemuinya ketika masih menjadi tawanan Burma. Raja Naresuan mendekati Khan Kluay yang ternyata juga mengenali Raja naresuan.
Melihat Raja Naresuan yang dulu pernah menyelamatkannya, redalah amarah Khan Kluay dan sejak saat itu resmilah Khan Kluay menjadi gajah tunggangan Raja Naresuan.

Yang membuat Khan Kluay lebih bahagia, ia telah bertemu lagi dengan ibunya tetapi ada hal yang membuatnya sedih yaitu ternyata ayah Khan Kluay yaitu Pran telah tewas dalam pertempuran dan abu kremasinya disimpan di istana.
Menurut cerita salah satu gajah perang yang pernah berjuang bersama Pran, gugurnya Pran karena bertarung dengan gajah perang Burma yang berbadan besar, hitam dan bermata tajam seperti batubara.

Karena tidak ingin nasib anaknya seperti Pran, ibu Khan Kluay menyuruh Khan Kluay berhenti menjadi gajah perang dan kembali ke hutan. Tetapi Khan Kluay terpaksa membantah lagi perintah ibunya karena merasa pengorbanan ayahnya akan sia-sia jika Khan Kluay tidak ikut bertempur untuk membebaskan kerajaan Siam dari penjajahan Kerajaan Burma.
Khan Kluay akhirnya memutuskan tetap ikut bertempur sebagai tunggangan Raja Naresuan.

Pada tahun 1592 pecahlah perang antara pasukan Siam dan Burma. Walaupun tentara Siam sudah ditambah para sukarelawan yaitu rakyat Siam dari profesi apa saja seperti petani, pekerja bangunan bahkan dokter tetapi jumlahnya tetap kalah dibanding pasukan Burma yang mencapai 10 kali lipat.
Tetapi karena tekad yang kuat untuk lepas dari penjajah, pasukan Siam bisa mengimbangi pasukan Burma.

Karena perang tidak juga selesai, maka Raja Naresuan menantang Raja Burma untuk duel satu lawan satu dengan mengendarai gajah perangnya masing-masing dan Raja Burma menerima tantangan itu.
Khan Kluay yang menjadi tunggangan Raja Naresuan tentu saja sangat senang karena gajah yang menjadi tunggangan Raja Burma adalah gajah yang dulu membunuh ayahnya, inilah kesempatan Khan Kluay untuk membalas kematian ayah yang sangat dibanggakannya itu.

Setelah melalui pertarungan yang seru, akhirnya Khan Kluay berhasil membunuh gajah yang dulu membunuh ayahnya. Selain itu, Raja Burma juga ikut tewas.
Melihat rajanya telah tewas, pasukan Burma menyerah maka bebaslah rakyat Siam dari penjajahan.

Perang telah selesai untuk kemenangan Siam maka Khan Kluay dipensiunkan sebagai gajah perang kemudian kembali ke hutan dan hidup tentram bersama ibunya dan Kon Suay.

Opini saya tentang film ini :
Film animasi 3D pertama Thayland yang dibuat tahun 2006 ini ternyata cukup seru dan nyaman juga untuk ditonton. Pantas saja karena sutradara film ini yaitu Kompin Kemgumnird adalah salah satu animator Walt Disney yang ikut dalam pembuatan film The Lion King, Atlantis: The Lost Empire, dan Tarzan. Bahkan Kompin Kemgumnird juga ikut menjadi animator Blue Sky Studio’s ketika membuat film Ice Age.
Akhir kata, film ini cukup menghibur dan saya rekomendasikan untuk ditonton.

Monday, May 16, 2011

RIO

Genre : drama komedi
Sutradara : Carlos Saldanha
Pengisi suara : Jesse Eisenberg,Anne Hathaway,George Lopez, Jemaine Clement, Jake T. Austin,Leslie Mann, Tracy Morgan, Will.i.am, Jamie Foxx, Rodrigo Santoro, Davi Vieira
Studio : Blue Sky Studios
Tanggal rilis : 8 April 2011
Durasi : 96 menit


Film ini dimulai ketika seekor bayi burung Spix Macaw yang belum bisa terbang di hutan Brasil ditangkap oleh pemburu untuk dijual ke Amerika.
Spix Macaw (bahasa latinnya Cyanopsitta spixii ) adalah sejenis burung nuri berwarna biru yang sudah sangat langka, saat ini diperkirakan jumlahnya di seluruh dunia hanya tinggal 60 ekor. Karena warnanya yang indah dan jumlahnya yang sangat langka itulah burung Spix Macaw harganya sangat mahal, bisa mencapai 1 milyar rupiah per ekor. Tidak heran jika burung Spix Macaw menjadi incaran para penyelundup.


Tetapi ketika sampai di Amerika dan dimuat dalam truk, kandang yang memuat burung Spix Macaw itu terjatuh dari truk, untung si burung Spix Macaw ditemukan oleh seorang gadis kecil bernama Linda dan dipelihara dengan penuh kasih sayang sampai mereka sama-sama tumbuh menjadi dewasa. Karena warna bulunya yang biru, Linda memberi nama burung Spix Macawnya, Blu.


Setelah dewasa, Linda mencari nafkah dengan membuka sebuah toko buku. Sayangnya karena terlalu sayang pada Blu, Linda hanya memelihara Blu di dalam rumah sehingga walaupun sudah menjadi burung dewasa, Blu tetap tidak bisa terbang.


Sampai pada suatu ketika Linda didatangi Dr. Tulio, seorang ahli ornitologi (ilmu burung) dari Brasil. Tulio meminta Blu dibawa ke tempatnya di Rio de Janeiro di Brasil untuk dikembang biakkan karena Tulio juga mempunyai seekor burung Spix Macaw berjenis kelamin betina, hal itu dilakukan untuk menjaga burung Spix Macaw dari kepunahan karena jumlahnya yang sudah sangat langka.



Pada awalnya Linda menentang keras keinginan Tulio membawa burung kesayangannya tetapi akhirnya Linda sadar bahwa burung Spix Macaw memang harus diselamatkan dari kepunahan, maka akhirnya Linda mengijinkan Tulio membawa pergi Blu tetapi dengan syarat, Linda juga ikut mengantarkannya ke Rio de Janeiro.


Sesampainya di Rio de Janeiro, Blu dipertemukan dengan burung Spix Macaw betina milik Tulio yang bernama Jewel di sebuah kandang. Berbeda dengan Blu, Jewel tumbuh di hutan dan ditangkap setelah dewasa sehingga Jewel bisa terbang dan berkeinginan kuat untuk melarikan diri dari laboratorium Dr. Tulio.


Karena Blu kelihatan bahagia bersama Jewel dan kandangnya dijaga oleh penjaga yang gagah, Linda bisa meninggalkan Blu untuk makan malam dengan Tulio di restoran.


Tetapi siapa sangka, di laboratorium Dr. Tulio ada seekor burung kakaktua bernama Nigel yang dimasukkan Tulio ke laboratoriumnya karena terlihat sakit ternyata hanya berpura-pura sakit kemudian menyerang penjaga laboratorium hingga pingsan.
Setelah melumpuhkan penjaga, Nigel membuka kunci pintu sehingga seorang anak laki-laki yatim piatu bernama Fernando bisa masuk kemudian mencuri Blu dan Jewel.


Setelah berhasil mencuri burung-burung Spix Macaw, Fernando menyerahkannya kepada bossnya yaitu Armando.
Agar tidak melarikan diri, Armando mengikat Blu dan Jewel pada satu rantai.


Walaupun dihubungkan pada satu rantai dan Blu tidak bisa terbang, akhirnya mereka bisa melarikan diri tetapi tersesat di sebuah hutan.
Di hutan itu, Blu dan Jewel bertemu dengan seekor burung Toco Toucan bernama Rafael yang mengaku bisa membantu Blu dan Jewel untuk melepaskan rantai yang mengikat mereka.


Rafael mengajak Blu dan Jewel untuk pergi ke seekor anjing bulldog bernama Luiz yang diyakini bisa memotong rantai pengikat Blu dan Jewel. Karena Blu tidak bisa terbang, mereka bertiga pergi ke tempat Luiz dengan menumpang pesawat gantole dan truk. Dalam perjalanannya, Blu dan Jewel mendapat 2 sahabat lagi yaitu Pedro si burung kardinal berjambul merah dan Nico si burung kenari.


Bagaimana dengan Linda? Setelah tahu burung kesayangannya hilang, Linda tentu saja sangat sedih sehingga berusaha mencari Blue dengan menyebarkan poster yang berisi gambar Blu. Untung sekali, poster yang disebarkan Linda dibaca oleh Fernando.


Fernando yang merasa kecewa karena uang yang diberikan Amando sebagai upah atas pencurian Blu dan Jewel tidak sesuai dengan yang dijanjikan, menemui Linda dan bersedia membantu mencari Blu.
Sebagai langkah awal mencari Blu, Linda Tulio dan Fernando pergi ke rumah Armando.


Tidak hanya Linda dan Tulio yang mencari Blu, Armando dan anak buahnya yang merasa kehilangan burung-burung Spix Macaw hasil curiannya yang berharga sangat mahal itu juga mencari Blu dan Jewel. Lebih gawat lagi, Nigel berhasil menyuruh monyet-monyet marmoset untuk ikut mencari Blu dan Jewel. Karena jumlahnya sangat banyak, monyet-monyet marmoset akhirnya bisa menemukan Blu dan Jewel yang sedang menari samba bersama burung-burung teman Pedro dan Nico.


Untung monyet-monyet marmoset itu tidak bisa menangkap Blu dan Jewel karena Nico, Pedro, Rafael dan burung-burung temannya rela berkelahi untuk membela Blu dan Jewel.
Blu, Jewel, Rafael dan Nico akhirnya bisa lolos dari monyet-monyet marmoset dan sampai di tempat Luiz si anjing bulldog.


Luiz akhirnya bisa melepaskan Blu dan Jewel dari rantai yang mengikat mereka tetapi terjadi perpisahan antara Blu dan Jewel karena Jewel merasa lebih bahagia kembali ke hutan sedangkan Blu memilih untuk mencari Linda.
Tetapi dalam perjalanannya kembali ke hutan, Jewel tertangkap oleh Nigel. Peristiwa tertangkapnya Jewel diketahui oleh Pedro dan Nico maka Blu bersama Rafael, Pedro, Nico dan Luiz segera mengejar Jewel.


Setelah mendapatkan kembali Jewel, Armando berencana menyelundupkan Jewel ke luar negeri melalui sebuah karnaval yang sering diadakan di Brasil. Direncanakan, dengan membawa Jewel dan burung-burung langka hasil curian lainnya, Armando dan anak buahnya akan menyamar sebagai peserta karnaval kemudian naik pesawat terbang ke luar negeri.
Untungnya rencana Armando itu diketahui Fernando yang kemudian memberitahukannya kepada Linda dan Tulio. Untuk menemukan kembali Blu dan Jewel, Linda dan Tulio juga menyamar sebagai peserta karnaval.


Blu dan kawan-kawan sampai di karnaval dan sempat bertemu dengan Linda tetapi Blu lebih memilih untuk menyelamatkan Jewel. Keputusan Blu itu ternyata membawa petaka karena setelah Blu masuk ke mobil karnaval yang mengangkut Jewel, Blu terjebak dan berhasil dikurung oleh Nigel. Lebih parah lagi, Rafael, Pedro dan Nico ikut terjebak dan siap diselundupkan juga ke luar negeri.
Untungnya Fernando yang ikut bersama mobil karnaval Armando berpihak pada Linda sehingga ia melemparkan kain-kain untuk meninggalkan jejak sehingga bisa dilacak dan diikuti oleh Tulio dan Linda.


Keadaan makin gawat karena dengan naik pesawat terbang, Armando dan anak buahnya akhirnya bisa membawa Blu, Jewel dan burung-burung langka lainnya ke luar negeri.
Linda dengan dibantu Tulio dan Fernando berusaha mati-matian untuk menghentikan Armando tetapi gagal, pesawat Armando tetap bisa mengangkasa.
Linda akhirnya hanya bisa menangis melihat pesawat Armando pergi membawa Burung kesayangannya ke luar negeri.


Untungnya Blu tetap belum menyerah, dengan usaha yang luar biasa ia bisa membuka kurungan yang mengurungnya kemudian membuka pintu pesawat terbang sehingga burung-burung tawanan Armando bisa terbang bebas.
Sayangnya Blu tidak bisa ikut bebas karena tidak bisa terbang dan Jewel juga tidak ikut bebas karena sayapnya terluka akibat diserang Nigel.


Keadaan makin gawat karena Jewel yang tidak bisa terbang karena luka di sayapnya ikut terlempar keluar dari pesawat sehingga bisa jatuh ke tanah dan mati.
Tetapi di saat yang sangat genting itu, Blu mendapatkan naluri burungnya untuk bisa terbang sehingga tiba-tiba Blu bisa terbang dan bisa menyelamatkan Jewel.


Dengan terbang membawa Jewel, Blu datang kepada Linda yang tentu saja sangat gembira bisa bertemu lagi dengan burung kesayangannya apalagi sekarang Blu bisa terbang.


Bagaimana nasib si penyelundup Armando? Karena pintunya dibuka oleh Blu ketika sedang terbang, pesawat Armando rusak parah dan jatuh. Armando dan anak buahnya bisa menyelamatkan diri dengan parasut tetapi jatuh di laut. Nasib Nigel si kakaktua sadis lebih parah lagi, ia tewas tertabrak baling-baling pesawat terbang Armando.


Akhir dari film ini, Linda bersama Tulio dan Fernando mendirikan sebuah cagar alam di hutan Rio de Janeiro untuk melindungi burung-burung langka (termasuk Blu dan Jewel) dari kepunahan dan ancaman para penyelundup.
Cagar alam buatan Linda dan Tulio itu diberi nama BLU BIRD SANCTUARY.


Opini saya tentang film ini :
Setelah selesai menonton film ini, saya merasa film animasi ini sangat layak untuk direkomendasikan, ceritanya seru dan tidak membosankan serta lagunya juga bagus-bagus. Pantas saja karena sutradara film ini adalah Carlos Saldanha yang sebelumnya membuat film animasi Ice Age yang booming itu.


Tetapi yang membuat saya lebih kagum adalah kualitas desain grafisnya. Burung-burung dengan bulunya tampak realistik sekali seolah-olah bulu-bulunya itu digambar satu-persatu.
Apalagi pada saat adegan karnaval, saya yang pernah belajar program 3DS Max saja bisa membayangkan betapa rumitnya membuat animasi kerumunan orang-orang yang menari-nari dengan karakter yang berbeda-beda.


Terutama adegan tarian dan nyanyian itu lo… aduh bagus banget, yang paling saya suka adalah adegan operet pada awal film ketika Blu yang masih bayi menari bersama burung-burung di hutan, saya mendapatkan video klipnya di Youtube maka saya tampilkan di bawah ini. Mari kita nikmati bersama…